“Batam Tak Boleh Gelap”
www.bangsanews.id – BATAM: Tokoh masyarakat Kepulauan Riau, Dato’ Seri Indera Pahlawan Irjen Pol (Purn) Drs. Yan Fitri Halimansyah, MH, mengungkapkan bahwa pemerintah harus memberikan perhatian serius terhadap isu kelistrikan di Batam. Dalam konteks pembangunan industri dan pertahanan nasional, akses ke energi yang terjangkau menjadi sangat krusial.
Beliau menekankan pentingnya mengatasi harga gas yang tinggi bagi PLN Batam. Tanpa langkah intervensi dari pemerintah pusat, Batam berisiko mengalami krisis energi yang bisa mengancam stabilitas dan investasi di wilayah tersebut.
Urgensi Keadilan Energi di Batam
Batam, sebagai salah satu daerah penghasil gas terbesar di Indonesia, ternyata menghadapi kondisi paradox. Meskipun terletak di wilayah yang kaya sumber daya, PLN Batam harus membeli gas dengan harga yang jauh dari wajar. Hal ini berpotensi menghancurkan daya saing ekonomi lokal.
Dalam analisis yang dilakukan, data menunjukkan bahwa cadangan gas di Laut Natuna mencapai lebih dari 222 triliun kaki kubik (TCF), menjadikannya salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Namun, PLN Batam terpaksa membayar harga tinggi untuk gas ini, berpengaruh langsung pada biaya pokok penyediaan listrik yang mencapai Rp 1.650—Rp 1.690 per kWh. Ini adalah beban yang tidak seimbang bagi masyarakat dan industri.
Strategi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Energi
Dengan kondisi yang ada, pemerintah perlu memikirkan solusi jangka panjang. Strategi yang diusulkan oleh Yan Fitri mencakup pemberian insentif harga gas khusus kepada PLN Batam. Hal ini bukan hanya tentang keadilan bagi Batam, melainkan juga tentang memastikan keberlanjutan energi untuk kawasan lainnya, seperti Bintan, yang sangat bergantung pada pasokan listrik dari Batam.
Penutupan yang tidak hanya mengandalkan logika pasar, tetapi juga kebijakan afirmatif bagi daerah strategis, menjadi salah satu solusi yang perlu diadopsi. Dengan memperhatikan kontribusi Batam terhadap perekonomian Indonesia, sudah sepatutnya pemerintah memberikan dukungan yang seimbang dalam hal energi.
Di tengah pertumbuhan industri yang pesat, keterbatasan pasokan listrik menjadi ancaman yang nyata. Jika persoalan ini tidak segera diatasi, bukan hanya Batam yang akan merasakan dampaknya, tetapi juga kawasan sekitarnya. Oleh karena itu, desakan untuk pemerataan kebijakan energi perlu terus menguat.